Selalu
ada proses untuk menjadi sesuatu. Tidak ada patokan cepat atau lambat
karena waktu kadang begitu relatif. Catatan Wong Edan kali ini (sepurane
lek suwe ra metu, repot garap Mat lontong karo ngisengi uwong) akan
sedikit berbagi tentang proses seseorang menjadi wong edan. Untuk lebih
mudahnya *ra sah digawe soro, wong edan kan angel mikir’e* disini aku
akan membagi dalam beberapa tahap yang nantinya bisa kamu baca, pikir
dan cerna kembali mana yang pas buat edanmu saat ini. Tidak berlaku kaku
artinya tidak semua sama, aku sendiri hanya mencoba berbagi dari
pengalaman pribadi, teman, juga sahabat dekatku Spiderman *ojo ngenyek
lek, kene biyen sak es em ma yo*.
Tahap keedanan yang berhasil aku rumuskan kurang lebih seperti ini:
- TAHAP KAGET
Setiap wong edan yang baru menyadari
kalau ternyata dia diberi kelebihan berupa keedanan hal pertama yang
terjadi adalah kaget. Pertanyaan-pertanyaan seperti “Kok iso aku edan?”
atau “Ya ampun, aku edan!” atau bahkan “Wow, ternyata aku edan” (rodo
lebay sing iki) adalah pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul ketika
untuk pertama kalinya kamu menyadari anugerah (kelebihan) ini. Contoh:
bangun tidur jika biasanya (yang katanya umum) orang (sing ngaku-ngaku
waras) akan cuci muka, cuci piring atau cuci gudang *waras ato ancen
berjiwa babu?* kamu (wong edan) memilih langsung lari-lari pagi.
Bukannya apa-apa tapi yo suwalan disik rek, ojo dithokno ngono ae
*kebiasaan nang londo turu mung sempakan thok.* Begitu sadar (lek gak
suwalan) bukannya cepat-cepat kembali kamu justru terus berlalu. Dan
yang membuatmu (juga yang melihatmu) kaget adalah ternyata kamu nggak
malu *iki sing ga diduweni wong edan.* Pada akhirnya yang kamu ucapkan
adalah “Aku ora suwalan dan aku ora isin, kok iso yo? Ternyata aku
edan!” *kaget tapi karo ngguyu-ngguyu, bangga.*
- TAHAP PENGINGKARAN (DENIAL)
Tidak pernah mudah menerima sesuatu yang
baru (baru kamu miliki, baru kamu sadari) seperti keedananmu ini. Jika
sebelumnya kamu kaget bahkan sempat senang karena ternyata kamu berbeda,
kamu punya kelebihan, yang terjadi selanjutnya adalah mulai mengingkari
atau bahasa kerennya denial. Tidak semua orang bisa langsung
menerima kelebihannya *opo maneh kekurangane* perasaan berbeda, lain
dari yang lainnya juga tidak mudah. Ketika orang-orang mulai melihatmu
dengan sebelah mata *sebelahe sek diumbah* mempertanyakan keabsahanmu
sebagai manusia bahkan yang mungkin sedikit parah mereka mulai
mencemooh, menghina kelebihanmu itu [edan memang bukan kelebihan yang
membanggakan bagi (masih) banyak orang], mulai muncullah rasa rendah
diri, merasa tak sebaik yang lain, hina. Maka ketika malam tiba dan kamu
(wong edan) sendiri di kamarmu *nang WC yo ora popo, sak karep* air
matamu mulai menetes. Bukan lagi “kenapa aku (harus) seperti ini
(edan)?” tapi “aku nggak kayak gini (edan), aku nggak mau kayak gini
(edan)!” Dan mulailah kamu berusaha menyembunyikan bahkan menghilangkan
kelebihan (keedanan)mu. Contoh: jika sebelumnya (melanjutkan contoh di
atas *nyawang duwur, genteng be’e*) kamu lari-lari pagi tanpa celana
*sepurane lek contohe rodo saru* dan kamu tidak merasa malu dan (meski)
kamu memang (masih) tidak malu karena kamu tidak/belum bisa menerima
kelebihanmu itu lalu kamu melakukan hal yang menurutmu bisa membuatmu
tak berbeda dengan lainnya, kali ini kamu kemana-mana pakai celana. Yo
nggak masalah sisan sakjane, suka-suka tapi kalo mandi, pipis, boker
atau suntik ke dokter kamu nggak mau lepas celana kan malah susah
*bayangno dewe rek.* Atau juga kamu mulai bersikap sensitif plus
agresif. Tiap ada yang melihat atau berbisik-bisik kamu langsung
berteriak, “Aku ora edan!” lalu kamu berlarian sambil memukul-mukul
kepalamu sendiri *tambah parah ketoke.*
- TAHAP MIKIR
Setelah usahamu untuk tidak menjadi beda
dengan yang lain, menyembunyikan kelebihan (keedanan)mu tidak berhasil
*lek caramu koyo contoh nang duwur jelas gak katene kasel, tambah
dipikir edan iyo* tahap selanjutnya adalah tahap mikir, mulai berpikir.
Tidak akan pernah bisa kita menyembunyikan sesuatu, paling nggak pasti
ada yang tahu pada saatnya, jadi setelah usaha yang menurutku akan
berakhir sia-sia maka yang terjadi adalah kamu (wong edan) mulai (harus)
berpikir mengenai kelebihanmu. Sesuatu ada karena memang ada tujuan,
ada alasannya untuk apa dia ada, sebaik apapun, seburuk apapun, untukmu
seedan apapun. Pada tahap ini keedananmu yang sebelumnya sempat
mengkhawatirkanmu, menakutkanmu mungkin juga membuatmu malu *rodo sangsi
lek sing iki, secara kon edan* mulai mendapat tempat di otakmu.
Pertanyaan berikutnya adalah “Aku edan?”
Contoh: pada tahap ini wong edan biasanya
akan cenderung menyendiri, menarik diri dari lingkungan, sebagian
bahkan mungkin pilih semedi *asal ora ndekem nang WC ae, po maneh lek
WCne WC umum.* Antara kenapa, tidak ingin (seperti ini) akan terus
berputar di otak, membuat tidur yang tak pernah nyenyak *wong edan angel
turu’e, pikirane nglabeng ae* semakin terkoyak *es!rodo lebay iki
bosone.* Apakah diterima atau terus disembunyikan atau kalau perlu
dibuang saja kelebihan (keedanan) ini adalah pertanyaan yang sering
muncul di tahap ini.
- TAHAP NRIMO
Setelah melalui tahap pemikiran yang
menguras pikiran juga tenaga (karena tidur yang semakin tak berkualitas)
mungkin juga menguras kantong (karena pada tahap pemikiran perut sering
menjadi pelarian, makan) sampai juga wong edan (kamu) di tahap nrimo
alias tahap penerimaan. Di tahap ini kamu sudah bisa menerima bahwa
keedananmu memang suatu kelebihan yang mungkin tak semua orang bisa
miliki. Banyak yang ingin edan tapi seringnya malah nggilani *edan
gak mesti (gak kudu) nggilani.* Tidak lagi berusaha menyembunyikan
apalagi membunuh keedananmu, di tahap ini kamu tahu kamu memang edan,
mungkin juga terlahir untuk edan. Maka ungkapan (kebahagiaan) seperti,
“Aku Edan!” bukan hanya diucapkan tapi diteriakkan sambil berlarian
keliling kampung dan menyalami setiap orang yang ditemui atau jika punya
sedikit rejeki kemudian membuat pesta syukuran mengundang para
tetangga, mentraktir teman dan sahabat juga biasa dilakukan karena
apapun kelebihanmu tentunya memang patut untuk disyukuri. Menempel
tulisan di pintu kamar atau dinding kamar dengan huruf besar AKU EDAN
biasanya juga menjadi pilihan setelah sampai di tahap ini. Ingin lebih
maksimal lagi, pesan kaos yang disablon di bagian punggung atau dada
dengan tulisan AKU EDAN *tambah sip ae edane, hooh thok wes.*
Contoh: wong edan yang ada di tahap ini
sudah bisa tersenyum. Jika berkenalan dia akan bilang, “aku edan” tanpa
ragu bahkan seringnya tanpa ada yang bertanyapun dia akan bilang seperti
itu.
- TAHAP PERENCANAAN
Menerima saja tentu belum cukup, tidak
cukup karena kelebihan bukan hanya untuk diterima saja tapi juga untuk
dimanfaatkan (demi kebaikan umat). Di tahap ini rencana-rencana edan
mulai disusun. Ingin edan yang seperti apa kamu, harus benar-benar
dipikirkan *sakno sakjane wes edan sik kon mikir ae.* Jika edanmu jenis
pasif alias tidak terlalu suka menggumbar bahkan untuk mengungkapkan
atau mengeluarkan keedananmu saja masih sulit kamu bisa belajar. Membaca
akan menjadi hal yang sangat bermanfaat (berlaku untuk semua orang).
Jika orang yang mengaku waras hanya mampu menyelesaikan satu buku dalam
satu hari wong edan bisa menyelesaikan satu buku hanya dalam satu jam,
kurang bahkan *lek sing diwoco komik utowo buku bacaan arek-arek TK.*
Kalau kamu ingin jadi wong edan yang punya title, gelar, kamu bisa masuk
ke sekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi yang biaya
belajarnya edan-edanan, dijamin nggak lama kamu bakal jadi wong edan
sing total *edan karena gak kuat mbayar.* Untuk wong edan jenis yang
aktif bisa memilih menjadi aktifis pembela kaum edan yang masih
dipinggirkan, dikucilkan, dianggap penyakit yang bukannya dibantu dan
diayomi tapi malah dibasmi. Semua butuh rencana, paling tidak kamu harus
punya gambaran, bayangan, impian, ingin (edan) seperti apa kamu, edan
yang berguna atau edan yang hanya ktp saja.
Contoh: yang paling sering terlihat pada
wong edan tahap ini adalah tanpa mengenal waktu dan tempat dia sering
mencoret sesuatu di atas kertas, di tembok, di bajunya sendiri juga baju
orang lain jika dia nggak lagi pake baju, di dedaunan, di batang pohon,
dimanapun. Setiap pikiran yang melintas memunculkan sebuah rencana dan
secepatnya dicatat.
- TAHAP BERTINDAK
Memikirkan dan membuat rencana sudah,
selanjutnya tentu melakukan aksi, tindakan nyata untuk mewujudkan apa
yang sudah dijadikan pilihan. Wong edan yang memutuskan ingin
melanjutkan pendidikan bisa mempersiapkan utangan untuk bisa masuk dan
biaya lain-lain di perguruan tinggi. Begitu masuk langsung dekati
teman-teman kampus yang menunjukkan ciri-ciri yang sama *baca ciri-ciri
wong edan di note sebelumnya* ajak mereka bicara, diskusi dan bentuk
sebuah komunitas di kampusmu. Jika kamu tipe (edan) yang agak sulit
melakukan pendekatan pakai kaos dengan tulisan WONG EDAN saat pertama
kali masuk atau OSPEK dengan begitu siapapun yang melihatmu di kampus
akan tahu dan mungkin mereka yang justru akan mendekatimu *gak janji,
paling-paling malah do ngadoh.* Di tahap yang terakhir ini keedananmu
sudah tidak perlu dipertanyakan, tak lagi diragukan *kon edan dan kon
maksimal.*
Contoh: di tahap ini wong edan sangat
mudah dikenali bahkan mungkin disegani *males nyedek kabeh, gak pingin
golek masalah karo wong edan.* Dimanapun, kapanpun dia (wong edan) tidak
akan ragu menggumbar senyum juga tawa (ada atau tidak ada orang),
selalu bersemangat dan tak kenal lelah.
Uraian di atas adalah tahap-tahapan wong
(jadi) edan yang bisa kubagi. Sudah sampai tahap mana edanmu tentu kamu
lebih tahu. Apakah untuk dilanjutkan atau dihentikan, itu hakmu. Untukmu
(wong edan) yang sudah sampai tahap terakhir kuucapkan selamat dan aku
nggak akan bosen untuk bilang kamu nggak sendiri dan kamu nggak perlu
takut. Yang menakutkan adalah ketika kamu nggak mengerti apa yang ada di
pikiranmu, apa yang kamu mau, jadi mulai berpikir dan tentukan
pilihanmu.
1 komentar:
wow... nemu tulisan keren, nih. dapat inspirasinya dari mana, mas? :D
ReplyPosting Komentar